1.
Ikhlas
Ikhlas
artinya memurnikan tujuan bertaqarrub kepada Allah dari
hal-hal yang mengotorinya. Arti lainnya; menjadikan Allah sebagai satu-satunya
tujuan dalam segala bentuk ketaatan. Atau mengabaikan pandangan makhluk dengan cara selalu berkonsentrasi kepada
Al-khaliq.
Ikhlas
adalah syarat diterimanya amal
shalih yang dilaksanakan sesuai dengan sunnah Rasulullah. Allah telah
memerintahkan kita untuk itu dalam firmanNya, (Al-bayyinah:5)Abu Umamah
meriwayatkan, seseorang telah menemui Rasulullah dan bertanya, “ bagaimana pendapatmu
tentang seseorang yang berperang untuk mendapatkan upah dan pujian? Apakah ia
mendapatkan pahala?”
Rasulullah
menjawab, “ia tidak mendapatkan apa-apa.”orang itu tadi mengulangi
pertanyaannya tiga kali, dan Rasulullah pun teteap menjawab, “ia tidak mendapatkan
apa-apa.”lalu beliau bersabda,
“Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amal, kecuali jika dikerjakan murni karenaNya dan mengharap wajahNya.1
“Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amal, kecuali jika dikerjakan murni karenaNya dan mengharap wajahNya.1
Apabila
suatu amal telah tercampuri oleh harapan-harapan duniawi yang disenangi oleh
diri dan hati manusia sedikit atau banyak maka sungguh kejernihan amal itu
telah tercemari.
Ikhlas
adalah membersihkan hati dari segala kotoran sedikit ataupun banyak sehingga
tujuan dari taqarrub benar-benar murni karena Allah bukan yang lain. Seseorang yang
dipenuhi oleh kecintaan kepada Allah dan akhirat pasti seluruh aktifitas
hariannya merupakan cerminan dari cita-citanya, sehingga semua dilakukan dengan
ikhlas. Begitu juga sebaliknya, orang yang telah dikalahkan oleh gemerlap
dunia,derajat pangkat dan segala sesuatu selain Allah,seluruh aktifitasnyapun
merupakan cerminan dari harapan-harapannya. Tidak ada shalat, puasa atau ibadah
lain yang dikerjakan dengan ikhlas.
Resep
ikhlas adalah memupus kesenangan-kesenangan hawa nafsu, ketamakan terhadap
dunia dan mengusahakan agar hati selalu terfokus kepada akhirat. Banyak orang
yang telah berpayah-payah untuk beramal, menyangka bahwa ia melakukannya ikhlas
karena Allah. Padahal sesungguhnya ia telah tertipu. Hal ini terjadi karena ia
tidak memperhatikan perkara-perkara yang merusak keikhlasan.
Sebagaimana
dikisahkan ada seorang yang selalu menunaikan shalat di shaf pertama. Suatu
ketika ia terlambat dan ia shalat di shaf kedua. Lalu ia diliputi rasa malu
karena dilihat oleh orang banyak. Dari sini , ia tahu bahwa ketenangan hatinya
dalam melaksanakan shalat di shaf pertama selama ini disebabkan oleh pandangan
orang-orang terhadapnya.
Itulah
satu contoh betapa sedikit amal yang dikerjakan dengan ikhlas. Dan sedikit
orang yang menyadarinya kecuali orang yang mendapat taufiq dari Allah. Adapun
orang-orang yang lalai darinya, kelak pada hari kiamat, mereka akan mendapati
kebaikan-kebaikan mereka telah berubah jadi keburukan. Tentng mereka Allah
berfirman,
“
Dan (pada hari kiamat) jelaslah bagi mereka dari Allah apa-apa yang belum pernah
mereka perkirakan. Dan jelaslah bagi mereka keburukan dari apa-apa yang telah
mereka kerjakan ( Az-Zumar:47-48)
Katakanlah
“ Maukah kalian kami kabarkan tentang orang-orang yang paling merugi amalan
mereka? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia usaha mereka di dunia, sedangkan
mereka menyangka telah mengerjakannya dengan sebaik-baiknya” ( Al-Kahfi:103)
2.
Niat
Niat bukan sekedar ucapan nawaytu ( saya
berniat) lebih daripada itu ia adalah dorongan hati seiring dengan futuh
(pembukaan) dari Allah. Seseorang yang hatinya dipenuhi dengan urusan agamanya,
akan mendapatkan kemudahan dalam menghadirkan niat untuk berbuat baik.
Umar bin khatab meriwayatkan bahwa
Rasulullah bersabda,
“Hanyasanya amal-amal itu tergantung
kepada niat. Dan seseorang itu akan mendapatkan apa yang dia niatkan.
Barangsiapa niat hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya, hijrahnyapun kepada Allah
dan rasulNya. Barang siapa hijrahnya kepada dunia yang diinginkannya atau
kepada wanita yang akan dinikahinya, hijrahnyapun untuk apa yang dia niatkan.”
Keutamaan
Niat
Umar bin Khatab berkata “ Amal yang
paling utama adalah melaksanakan kewajiban dari Allah, bersikap “wara’ terhadap
yang diharamkanNya, dan meluruskan niat untuk mendapatkan pahala di sisi
Allah.”
Sebagian salaf berkata , “ Betapa banyak
amalan kecil menjadi besar karena niat. Betapa banyak pula amalan besar menjadi
kecil karena niat.”
Yahya bin Abu Katsir berkata,
“pelajarilah niat! Sesungguhnya niat itu lebih dapat menyampaikan kepada tujuan
daripada amal.”
3.
Ilmu
Dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu
banyak sekali,diantaranya ,
“Allah pasti mengangkat orang-orang yang
beriman diantara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat”
(Al-Mujadilah:11)
Katakanlah,”Samakan orang-orang yang
berilmu dan yang tidak berilmu?” (Az-Zumar:9)
Rasulullah bersabda, “ Barangsiapa yang
dikehendaki kebaikannya oleh Allah, Dia akan memahamkannya tentang perkara
agama.”
“Barangsiapa menempuh jalan untuk
mendapatkan ilmu, Allah akn memudahkan jalan baginya menuju surga.”
“Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut
ilmu langsung dari dada manusia. Tetapi Dia mencabutnya dengan mewafatkan para
ulama. Maka jika tidak ada lagi seorang alim pun, manusia akan mengangkat
orang-orang yang bodohsebagai pemimpin. Mereka ditanya (dimintai fatwa). Dan
merekapun berfatwa tanpa ilmu. Mereka sesat lagi menyesatkan.”11
Ubaidah bi Shamit ditanya tentang hadits
ini, menjawab”Aku beritahukan kepada kalian , ilmu yang pertama kali dicabut
dari manusia adalah khusyu”
Sehubungan dengan ucapan ubaidah bin
shamit ini, perlu diketahui bahwa imu itu ada dua. Salah satunya adlah ilmu
yang buahnya ada di hati manusia. Yaitu ilmu tentang Allah,
nama-namaNya,sifat-sifatNya, dan perbuatan-perbuatanNya yang menuntut rasa
takut, pengagungan, kecintaan, raja’,dan tawakal kepadaNya. Ini adalah ilmu
yangb bermanfaat.
Ibnu Mas’ud berkata, “Sungguh ada
segolongan kaum yang membaca Al-Quran, teteapi bacaan itu tidak sampai
ketenggorokan mereka. Andai saja bacaan itu masuk ke dalam hait, terhujam ke
dalamnya, pastilah ia bermanfaat.”
Hasan Al-bashri berkata, “Ilmu itu ada
dua;ilmu di lidah yang akan menghujat anak Adam, seperti tersebut dalam hadits,
Al-Quran itu akan menjadi hujjah bagimu atau menhujatmu’12- Dan ilmu
di hati. Ilmu inilah yang bermanfaat. Ilmu yang pertama di cabut adalah ilmu
yang bermanfaat, yaitu ilmu batin yang dapat memperbaikidan meluruskan hati.
Sisanya ilmu lisan , orang-orangpun meremehkannya dan tidak mengamalkan hal-hal
yang menjadi tuntutannya. Lalu ilmu inipun hilang dengan kematian pemiliknya.
Akhirnya terjadilah kiamat, ketika penduduk bumi menjadisejahat-jahatnya
makhluk.”
4.
Hati
Allah berfirman,
“ Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban” ( AL-Isra:36)
Peran hati bagi seluruh anggota badan
ibarat raja bagi para prajuritnya. Semua tunduk kepadanya. Karena
perintahhatilah, istiqamah dan penyelewengan itu ada. Begitu pula dengan
semangat untuk bekerja. Rasulullah bersabda, “Ketehuilah, di dalam tubuh itu
ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila
ia rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah itu adalah hati.”13
Macam-macam
hati
1.
Hati yang sehat
2.
Hati yang mati
3.
Hati yang sakit
Hati yang sehat adalah hati yang selamat. Barangsiapa
pada hari kiamat nanti menghadap Allah tanpa membawa hati yang sehat, akan
celaka. Allah berfirman,” Adalah hari dimana harta dan anak-anak tidak bermanfaat,
kecuali orang yang datang kapada Allah dengan hati yang selamat.”
(As-Syu’ara:88-89)
Hati yang
selamat didefinisikan sebagai hati yang terbebas dari setiap syahwat, keinginan
yang bertentangan dengan Allah dan dari setiap syubat, ketidakjelasan yang
menyeleweng dari kebenaran. Hati yang tidak pernah beribadah kepada selain
Allah dan berhukum kepada selain Rasulullah. ‘ubudiyahnya murni kepada Allah.
Iradah, marabbah, inabah, khasyyah, raja dan amalnya, semuanya lil-lah, semata
karena Allah.
Jika ia
mencintai, membenci, member dan menahan diri semuanya dilakukan karena Allah.
Ini saja tidak disara cukup, sampai ia benar-benar terbebas dari sikap tunduk
dan berhukum kepada selain Rasulullah. Hatinya telah terikat kepadanya dengan
ikatan yang kuat untuk menjadikannya sebagai satu-satunya panutan, dalam
perkataan dan perbuatan. Ia tidak akan berani bersikap lancang, mendahuluinya
dalam hal akidah, perkataan, ataupun perbuatan. Allah berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
bersikap lancing (mendahului)Allah dan RasulNya, dan bertaqwalah kepada Allah!
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”(Al-Hujurat:1)
Hati yang mati, adalah hati yang tidak
mengenal siapa Rabbnya. Ia tidak beribadah kepadaNya, enggan menjalankan
perintahNya atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridlaiNya. Hati
seperti ini selalu berjalan bersama hawa
nafsu dan kenikmatan duniawi, walaupunitu dibenci dan dimurkai oleh Allah. Ia
tidak peduli kepada keridlaan atau kemurkaan Allah. Baginya yang penting adalah
memenuhi keinginan hawa nafsu. Ia menghamba kepada selain Allah .
Jika ia membenci, mencinta, memberi dan menahan diri
semuanya karena hawa nafsu. Kebodohan adalah sopirnya dan kelalaian adalah
kendaraan baginya. Seluruh pikirannya dicurahkan untuk menggapai target-target
duniawi.
Ia diseur kepada Allah dan negeri akhirat , tetapi ia
berada di tempat yang jauh, shingga ia tidak menyambutnya. Bahkan ia setia
mengikuti setan yang sesat. Hawa nafsu telah menjadikannya tuli dan buta
terhadap kebenaran.14 Bergaul dengan orang yang hatinya mati adalah
penyakit , berteman dengannya adalah racun, dan bermajlis dengannya adalah
bencana.
Hati yang sakit adalah hati yang hidup
namun mengandung penyakit. Ia akan mengikuti unsur yang kuat. Kadang-kadang ia
cenderung kepada “kehidupan” dan kadang-kadang cenderung kepada ‘penyakit’.
Padanya terdapat kecintaan, keimanan, keikhlasan dan tawakal kepada Allah yang
merupakan sumber kehidupannya.
Padanya pula ada kecintaan dan ketamakanterhadap
syahwat, hasad, kibr dan sifat ujub, yang merupakan sumber bencana dan
kehancurannya. Ia ada diantara dua penyeru kepada Allah dan Rasul dan hari
akhir, dan penyeru kepada kehidupan duniawi. Seruan yang akan disambutnya
adalah seruan yang paling dekat dan paling akrab.
Demikianlah,
hati yang pertama adalah hati yan hidup, kusyu’, tawadlu, lembut dan selalu
berjaga. Hati yang kedua adalah hati yang gersang dan mati. Hati yang ketiga
adalah hati yang sakit, kadang-kadang dekat kepada keselamatan dan
kadang-kadang dekat dengan kebinasaan.
Indikasi
sakit sehatnya hati;
Hati
seseorang itu bisa sakit. Sakitnya bisa semakin parah dan ia tidak
menyadarinya. Bahkan bisa jadi hati telah mati, tanpa disadari pemiliknya. Tanda-tandanya
adalah ia tidak dapat lagi merasakan sakitnya bermaksiat dan memilki aqidah
yang sesat. Sebab hati yang hidup akan merasa tersiksa bila melakukan perbuatan
buruk. Ia juga akan tersiksa bila ia bodoh dalam kebenaran.
Terkadang
seseorang yang memiliki hati yang sakit dapat merasakan penyakitnya. Namun ia tidak tahan mengecap pahitnya obat
penawar, sehingga iapun memilih menderita penyakit untuk selamanya. Diantara
tanda sakitnya hati adalah keengganan mengkonsumsi “makanan” yang bermanfaat.
Makanan bermafaat adalah keimanan dan obat terbaik adalah Al-Qur’an.
Adapun tanda sehatnya hati adalah “ Kepergiannya” dari
dunia menuju akhirat. Disana ia tinggal dan seakan-akan jadi penghuninya.
Kehadirannya di dunia ibarat orang asing yang mengambil kebutuhannya, lalu
kembali ke negerinya. Kepada Abdullah bi Umar Rasulullah berpesan,
”Di dunia ini hendaknya kamu berlaku seperti orang
asing atau orang yang lewat.17
Penyebab
sakitnya hati
Musibah yang menimpa dan menybabakan sakitnya hati ada
dua :musibah syahwat yang merusak niat dan iradah dan musibah yang merusak ilmu
dan I’tiqad.
Rasulullah bersabda:
“Musibah (fitnah) itu masuk ke dalam hati seperti
diayamnya tikar sehelai demi sehelai. Hati mana pun yang menerimanyaakn
tertitiklah padanya setitik noda hitam. Hati manapun yang menolaknya akan
tertitiklah padanya setitik cahaya putih. Akhirnya hati akan tebagi menjadi
dua; hati yang hitam legam cekung seperti gayung yang terbalik; tidak mengenal
kebaikan; tidak pula mengingkari kemungkaran, selain yang dikehendaki oleh hawa
nafsunya dan hati putih bercahaya yang tidak akan tertimpa mudlarat fitnah,
selama langit dan bumi masih ada.”18
Empat racun
hati
1.
Banyak berbicara
Diriwayatkan
dari
Anas bin Malik, Rasul bersabda “Keimanan seorang hamba tidak akan lurus
sebelum lurus hatinya, dan hatinya tidak akan lurus sebelum lurus lisannya”19
Umar bin Khatab berkata, “ Barang siapa banyak bicaranya banyak
kekeliruannya. Barangsiapa banyak kekeliruannya banyak dosanya. Dan barangsipa
banyak dosanya maka neraka adalah tempat yang pantas baginya”.21
2.
Banyak Makan
Sedikit makan dapat melembutkan hati , mengutakan data
pikir, membuka diri, serta melemahkan hawa nafsu dan sifat marah. Sedangkan
banyak makan akan menyababkan kebalikkannya. Seringkali Rasulullah dan para
sahabat dalam keadaan lapar-walaupun itu memang karena tidak adanya makanan. Tetapi
Allah hanya memilihkan keadaan terbaik bagi RasulNya. Aisyah meriwayatkan
“sejak masuk ke Madinah . keluarga Rasulullah belum pernah merasa kenyang oleh
roti gandum selama tiga hari berturut-turut sampai beliau wafat”34
3.
Berlebihan Dalam
Bergaul
Ini adalah
penyakit yang berbahaya yang mengakibatkan banyak keburukan. Ia dapat
menghilangkan nikmat dan menebarkan permusuhan. Ini juga menanamkan kedengkian
yang dasyat yang seandainya ditimpakan kepada gunung-gunung yang kokoh sekalipun
No comments:
Post a Comment