Sunday, 26 April 2015

PENYUCIAN HATI

1.            Ikhlas
Ikhlas artinya memurnikan tujuan bertaqarrub kepada Allah dari hal-hal yang mengotorinya. Arti lainnya; menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan. Atau mengabaikan pandangan makhluk  dengan cara selalu berkonsentrasi kepada Al-khaliq.
Ikhlas adalah syarat diterimanya amal shalih yang dilaksanakan sesuai dengan sunnah Rasulullah. Allah telah memerintahkan kita untuk itu dalam firmanNya, (Al-bayyinah:5)Abu Umamah meriwayatkan, seseorang telah menemui Rasulullah dan bertanya, “ bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang berperang untuk mendapatkan upah dan pujian? Apakah ia mendapatkan pahala?”
Rasulullah menjawab, “ia tidak mendapatkan apa-apa.”orang itu tadi mengulangi pertanyaannya tiga kali, dan Rasulullah pun teteap menjawab, “ia tidak mendapatkan apa-apa.”lalu beliau bersabda,
“Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amal, kecuali jika dikerjakan murni karenaNya dan mengharap wajahNya.1
Apabila suatu amal telah tercampuri oleh harapan-harapan duniawi yang disenangi oleh diri dan hati manusia sedikit atau banyak maka sungguh kejernihan amal itu telah tercemari.
Ikhlas adalah membersihkan hati dari segala kotoran sedikit ataupun banyak sehingga tujuan dari taqarrub benar-benar murni karena Allah bukan yang lain. Seseorang yang dipenuhi oleh kecintaan kepada Allah dan akhirat pasti seluruh aktifitas hariannya merupakan cerminan dari cita-citanya, sehingga semua dilakukan dengan ikhlas. Begitu juga sebaliknya, orang yang telah dikalahkan oleh gemerlap dunia,derajat pangkat dan segala sesuatu selain Allah,seluruh aktifitasnyapun merupakan cerminan dari harapan-harapannya. Tidak ada shalat, puasa atau ibadah lain yang dikerjakan dengan ikhlas.
Resep ikhlas adalah memupus kesenangan-kesenangan hawa nafsu, ketamakan terhadap dunia dan mengusahakan agar hati selalu terfokus kepada akhirat. Banyak orang yang telah berpayah-payah untuk beramal, menyangka bahwa ia melakukannya ikhlas karena Allah. Padahal sesungguhnya ia telah tertipu. Hal ini terjadi karena ia tidak memperhatikan perkara-perkara yang merusak keikhlasan.
Sebagaimana dikisahkan ada seorang yang selalu menunaikan shalat di shaf pertama. Suatu ketika ia terlambat dan ia shalat di shaf kedua. Lalu ia diliputi rasa malu karena dilihat oleh orang banyak. Dari sini , ia tahu bahwa ketenangan hatinya dalam melaksanakan shalat di shaf pertama selama ini disebabkan oleh pandangan orang-orang terhadapnya.
Itulah satu contoh betapa sedikit amal yang dikerjakan dengan ikhlas. Dan sedikit orang yang menyadarinya kecuali orang yang mendapat taufiq dari Allah. Adapun orang-orang yang lalai darinya, kelak pada hari kiamat, mereka akan mendapati kebaikan-kebaikan mereka telah berubah jadi keburukan. Tentng mereka Allah berfirman,
“ Dan (pada hari kiamat) jelaslah bagi mereka dari Allah apa-apa yang belum pernah mereka perkirakan. Dan jelaslah bagi mereka keburukan dari apa-apa yang telah mereka kerjakan ( Az-Zumar:47-48)
Katakanlah “ Maukah kalian kami kabarkan tentang orang-orang yang paling merugi amalan mereka? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia usaha mereka di dunia, sedangkan mereka menyangka telah mengerjakannya dengan sebaik-baiknya” ( Al-Kahfi:103)


2.          Niat
Niat bukan sekedar ucapan nawaytu ( saya berniat) lebih daripada itu ia adalah dorongan hati seiring dengan futuh (pembukaan) dari Allah. Seseorang yang hatinya dipenuhi dengan urusan agamanya, akan mendapatkan kemudahan dalam menghadirkan niat untuk berbuat baik.
Umar bin khatab meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda,
“Hanyasanya amal-amal itu tergantung kepada niat. Dan seseorang itu akan mendapatkan apa yang dia niatkan. Barangsiapa niat hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya, hijrahnyapun kepada Allah dan rasulNya. Barang siapa hijrahnya kepada dunia yang diinginkannya atau kepada wanita yang akan dinikahinya, hijrahnyapun untuk apa yang dia niatkan.”
Keutamaan Niat
Umar bin Khatab berkata “ Amal yang paling utama adalah melaksanakan kewajiban dari Allah, bersikap “wara’ terhadap yang diharamkanNya, dan meluruskan niat untuk mendapatkan pahala di sisi Allah.”
Sebagian salaf berkata , “ Betapa banyak amalan kecil menjadi besar karena niat. Betapa banyak pula amalan besar menjadi kecil karena niat.”
Yahya bin Abu Katsir berkata, “pelajarilah niat! Sesungguhnya niat itu lebih dapat menyampaikan kepada tujuan daripada amal.”
                                                                                           
3.            Ilmu
Dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu banyak sekali,diantaranya ,
“Allah pasti mengangkat orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat” (Al-Mujadilah:11)
Katakanlah,”Samakan orang-orang yang berilmu dan yang tidak berilmu?” (Az-Zumar:9)
Rasulullah bersabda, “ Barangsiapa yang dikehendaki kebaikannya oleh Allah, Dia akan memahamkannya tentang perkara agama.”
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akn memudahkan jalan baginya menuju surga.”
“Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu langsung dari dada manusia. Tetapi Dia mencabutnya dengan mewafatkan para ulama. Maka jika tidak ada lagi seorang alim pun, manusia akan mengangkat orang-orang yang bodohsebagai pemimpin. Mereka ditanya (dimintai fatwa). Dan merekapun berfatwa tanpa ilmu. Mereka sesat lagi menyesatkan.”11
Ubaidah bi Shamit ditanya tentang hadits ini, menjawab”Aku beritahukan kepada kalian , ilmu yang pertama kali dicabut dari manusia adalah khusyu”
Sehubungan dengan ucapan ubaidah bin shamit ini, perlu diketahui bahwa imu itu ada dua. Salah satunya adlah ilmu yang buahnya ada di hati manusia. Yaitu ilmu tentang Allah, nama-namaNya,sifat-sifatNya, dan perbuatan-perbuatanNya yang menuntut rasa takut, pengagungan, kecintaan, raja’,dan tawakal kepadaNya. Ini adalah ilmu yangb bermanfaat.
Ibnu Mas’ud berkata, “Sungguh ada segolongan kaum yang membaca Al-Quran, teteapi bacaan itu tidak sampai ketenggorokan mereka. Andai saja bacaan itu masuk ke dalam hait, terhujam ke dalamnya, pastilah ia bermanfaat.”
Hasan Al-bashri berkata, “Ilmu itu ada dua;ilmu di lidah yang akan menghujat anak Adam, seperti tersebut dalam hadits, Al-Quran itu akan menjadi hujjah bagimu atau menhujatmu’12- Dan ilmu di hati. Ilmu inilah yang bermanfaat. Ilmu yang pertama di cabut adalah ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu batin yang dapat memperbaikidan meluruskan hati. Sisanya ilmu lisan , orang-orangpun meremehkannya dan tidak mengamalkan hal-hal yang menjadi tuntutannya. Lalu ilmu inipun hilang dengan kematian pemiliknya. Akhirnya terjadilah kiamat, ketika penduduk bumi menjadisejahat-jahatnya makhluk.”



4.            Hati


Allah berfirman,
“ Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban” ( AL-Isra:36)
Peran hati bagi seluruh anggota badan ibarat raja bagi para prajuritnya. Semua tunduk kepadanya. Karena perintahhatilah, istiqamah dan penyelewengan itu ada. Begitu pula dengan semangat untuk bekerja. Rasulullah bersabda, “Ketehuilah, di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah itu adalah hati.”13
Macam-macam hati
1.      Hati yang sehat
2.      Hati yang mati
3.      Hati yang sakit
Hati yang sehat adalah hati yang selamat. Barangsiapa pada hari kiamat nanti menghadap Allah tanpa membawa hati yang sehat, akan celaka. Allah berfirman,” Adalah hari dimana harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kapada Allah dengan hati yang selamat.” (As-Syu’ara:88-89)
      Hati yang selamat didefinisikan sebagai hati yang terbebas dari setiap syahwat, keinginan yang bertentangan dengan Allah dan dari setiap syubat, ketidakjelasan yang menyeleweng dari kebenaran. Hati yang tidak pernah beribadah kepada selain Allah dan berhukum kepada selain Rasulullah. ‘ubudiyahnya murni kepada Allah. Iradah, marabbah, inabah, khasyyah, raja dan amalnya, semuanya lil-lah, semata karena Allah.
      Jika ia mencintai, membenci, member dan menahan diri semuanya dilakukan karena Allah. Ini saja tidak disara cukup, sampai ia benar-benar terbebas dari sikap tunduk dan berhukum kepada selain Rasulullah. Hatinya telah terikat kepadanya dengan ikatan yang kuat untuk menjadikannya sebagai satu-satunya panutan, dalam perkataan dan perbuatan. Ia tidak akan berani bersikap lancang, mendahuluinya dalam hal akidah, perkataan, ataupun perbuatan. Allah berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian bersikap lancing (mendahului)Allah dan RasulNya, dan bertaqwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”(Al-Hujurat:1)

      Hati yang mati, adalah hati yang tidak mengenal siapa Rabbnya. Ia tidak beribadah kepadaNya, enggan menjalankan perintahNya atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridlaiNya. Hati seperti  ini selalu berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan duniawi, walaupunitu dibenci dan dimurkai oleh Allah. Ia tidak peduli kepada keridlaan atau kemurkaan Allah. Baginya yang penting adalah memenuhi keinginan hawa nafsu. Ia menghamba kepada selain Allah .
Jika ia membenci, mencinta, memberi dan menahan diri semuanya karena hawa nafsu. Kebodohan adalah sopirnya dan kelalaian adalah kendaraan baginya. Seluruh pikirannya dicurahkan untuk menggapai target-target duniawi.
Ia diseur kepada Allah dan negeri akhirat , tetapi ia berada di tempat yang jauh, shingga ia tidak menyambutnya. Bahkan ia setia mengikuti setan yang sesat. Hawa nafsu telah menjadikannya tuli dan buta terhadap kebenaran.14 Bergaul dengan orang yang hatinya mati adalah penyakit , berteman dengannya adalah racun, dan bermajlis dengannya adalah bencana.

      Hati yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit. Ia akan mengikuti unsur yang kuat. Kadang-kadang ia cenderung kepada “kehidupan” dan kadang-kadang cenderung kepada ‘penyakit’. Padanya terdapat kecintaan, keimanan, keikhlasan dan tawakal kepada Allah yang merupakan sumber kehidupannya.
Padanya pula ada kecintaan dan ketamakanterhadap syahwat, hasad, kibr dan sifat ujub, yang merupakan sumber bencana dan kehancurannya. Ia ada diantara dua penyeru kepada Allah dan Rasul dan hari akhir, dan penyeru kepada kehidupan duniawi. Seruan yang akan disambutnya adalah seruan yang paling dekat dan paling akrab.
      Demikianlah, hati yang pertama adalah hati yan hidup, kusyu’, tawadlu, lembut dan selalu berjaga. Hati yang kedua adalah hati yang gersang dan mati. Hati yang ketiga adalah hati yang sakit, kadang-kadang dekat kepada keselamatan dan kadang-kadang dekat dengan kebinasaan.
Indikasi sakit sehatnya hati;
      Hati seseorang itu bisa sakit. Sakitnya bisa semakin parah dan ia tidak menyadarinya. Bahkan bisa jadi hati telah mati, tanpa disadari pemiliknya. Tanda-tandanya adalah ia tidak dapat lagi merasakan sakitnya bermaksiat dan memilki aqidah yang sesat. Sebab hati yang hidup akan merasa tersiksa bila melakukan perbuatan buruk. Ia juga akan tersiksa bila ia bodoh dalam kebenaran.
      Terkadang seseorang yang memiliki hati yang sakit dapat merasakan penyakitnya. Namun  ia tidak tahan mengecap pahitnya obat penawar, sehingga iapun memilih menderita penyakit untuk selamanya. Diantara tanda sakitnya hati adalah keengganan mengkonsumsi “makanan” yang bermanfaat. Makanan bermafaat adalah keimanan dan obat terbaik adalah Al-Qur’an.
Adapun tanda sehatnya hati adalah “ Kepergiannya” dari dunia menuju akhirat. Disana ia tinggal dan seakan-akan jadi penghuninya. Kehadirannya di dunia ibarat orang asing yang mengambil kebutuhannya, lalu kembali ke negerinya. Kepada Abdullah bi Umar Rasulullah berpesan,
”Di dunia ini hendaknya kamu berlaku seperti orang asing atau orang yang lewat.17
Penyebab sakitnya hati
Musibah yang menimpa dan menybabakan sakitnya hati ada dua :musibah syahwat yang merusak niat dan iradah dan musibah yang merusak ilmu dan I’tiqad.
Rasulullah bersabda:
“Musibah (fitnah) itu masuk ke dalam hati seperti diayamnya tikar sehelai demi sehelai. Hati mana pun yang menerimanyaakn tertitiklah padanya setitik noda hitam. Hati manapun yang menolaknya akan tertitiklah padanya setitik cahaya putih. Akhirnya hati akan tebagi menjadi dua; hati yang hitam legam cekung seperti gayung yang terbalik; tidak mengenal kebaikan; tidak pula mengingkari kemungkaran, selain yang dikehendaki oleh hawa nafsunya dan hati putih bercahaya yang tidak akan tertimpa mudlarat fitnah, selama langit dan bumi masih ada.”18

Empat racun hati
1.      Banyak berbicara
Diriwayatkan dari
Anas bin Malik, Rasul bersabda “Keimanan seorang hamba tidak akan lurus sebelum lurus hatinya, dan hatinya tidak akan lurus sebelum lurus lisannya”19
Umar bin Khatab berkata, “ Barang siapa banyak bicaranya banyak kekeliruannya. Barangsiapa banyak kekeliruannya banyak dosanya. Dan barangsipa banyak dosanya maka neraka adalah tempat yang pantas baginya”.21
2.      Banyak Makan
Sedikit makan dapat melembutkan hati , mengutakan data pikir, membuka diri, serta melemahkan hawa nafsu dan sifat marah. Sedangkan banyak makan akan menyababkan kebalikkannya. Seringkali Rasulullah dan para sahabat dalam keadaan lapar-walaupun itu memang karena tidak adanya makanan. Tetapi Allah hanya memilihkan keadaan terbaik bagi RasulNya. Aisyah meriwayatkan “sejak masuk ke Madinah . keluarga Rasulullah belum pernah merasa kenyang oleh roti gandum selama tiga hari berturut-turut sampai beliau wafat”34
3.      Berlebihan Dalam Bergaul

Ini adalah penyakit yang berbahaya yang mengakibatkan banyak keburukan. Ia dapat menghilangkan nikmat dan menebarkan permusuhan. Ini juga menanamkan kedengkian yang dasyat yang seandainya ditimpakan kepada gunung-gunung yang kokoh sekalipun 

No comments:

Post a Comment